Pakai Kain Kampuh, Tradisi Kerajaan Majapahit di Lereng Gunung Lawu

 Gapura Utama. Terdapat Sengkalamemet atau dalam bahasa jawa Gapura Buta Aban Wong (raksasa gapura memangsa manusia) tertulis 1359 saka atau 1437 masehi


Sebagai orang rantauan, liburan tentunya sudah menjadi kebutuhan guna merefreshkan lagi pikiran yang sudah terlalu jenuh dengan rutinitas kerja. Nah, di Karanganyar Jawa Tengah ini ternyata tidak hanya ada Tawamangu saja, yang sudah menjadi icon Karanganyar. Ada juga wisata sejarah yang perlu kamu kunjungi juga, yaitu Candi Sukuh. 


Berada di halaman dua atau teras kedua
Candi Sukuh terletak di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Karanganyar. Berada di ketinggian 910 meter di atas permukaan laut dan terntunya, kita bisa melihat Karanganyar dari atas candi ini. Hamparan hijau sawah dan pepohonan, hawa sejuk yang menyegarkan bisa dinikmati, terlebih bisa tambah ilmu.  Harga tiket masuk per orang hanya dibandrol Rp. 7000 saja, kalau untuk wisatawan mancanegara Rp. 25.000, murah kan? Parkir cukup Rp. 2000 saja. Nah, yang menarik dari kunjungan ke Candi Sukuh, wisatawan harus memakai kain kampuh yang merupakan tradisi Kerajaan Majapahit di masa lampau. Dan untuk kain bayar seikhlasnya saja. Jika sudah memakai berjalan ke Candi Sukuh serasa jadi ksatria. Hehe 

Sejarah Candi Sukuh 

Candi ditemukan pertama kali oleh Johnson tahun 1815, pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Raffles. Pada tahun 1917, Dinas Purbakala Indonesia melakukan usaha pelestarian candi ini, sampai saat ini merupakan cagar budaya yang harus kita rawat sampai anak cucu kita ya. Pada tahun 1982 tanggal 10 Desember selesai pemugaran dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Dr Daoed Joesoef. 

Luas Candi Sukuh 5500 m2, didirikan pada abab 15 masehi, semasa pemerintahan Suhita yang merupakan Ratu Kerjaan Majapahit. Candi yang menghadap ke arah Barat ini, memiliki tiga susunan (halaman), yang melambangkan tingkatan menuju kesempurnaan hidup. Masing-masing halaman terdapat pahatan-pahatan atau relief yang melambangkan ketiga dunia. Dunia bawah dilambangkan dengan Bima suci, dunia tengah dilambangkan dengan Ramayana, Ganideya, dan Sudhamala sedangkan untuk dunia atas dilambangkan dengan relief Suwargarohanaparwa.

Arti dari Setiap Relief 
gambar relief yang menceritakan perjalanan Sudarmala 


· Relief Sudamala 
Mengisahkan pembebasan Dewi Uma yang dikutuk oleh Desa Siwa karena berbuat salah dan diharuskan hidup di dunia sebagai raksasa. Kutukan atau mala tersebut berhasil dibebaskan oleh Sudamala (Sadewa) dengan upacaea ruwatan 

· Relief Garudeya 
Meneceritakan pembebasan Winata dan perbukan Kadru oleh Garuda dengan menggunakan air amarta winata. Ibu Garuda menjadi budak Kadru, ibu para naga. Hal tersebut disebabkan kalah bertaruh terkait warna ekor kuda Ucchairawa yang keluar selama pengadukan air susu. 

· Relief Bima Suci 
Drona memerintahkan Bima mencari air kehidupan di Gunung Candramuka. Dalam perjalanan, Bima bertempur dengan dua raksasa Rukmuka dan Rukmala, kedua raksasa berhasil dikalahkan, dan menjelma menjadi Dewa Indra dan Dewa Bayu. Kemudian Bima melanjutkan perjalanannya menuju dasar laut dan bertemu dengan Dewa Ruci yang menyatu melalui telinganya sehingga berhasil menemukan hakekat dari air penghidupan 

· Relief Ramayana 
Mengisahakan percintaan antara Rama dan Sinta yang menghadapi banyak tantangan ketika mereka mengembara. Sinta diculik oleh Rahwana yang merupakan Raja Alengka. Atas bantuan Laksamana dan pasukan kera, Rama berhasil mendapatkan Sinta. Setelahnya, Sinta membuktikan kesuciannya dengan membakar diri secara hidup-hidup, seketika api menjadi sekuntum bunga teratai. 

· Relief Swargarohanaparwa 
Relief ini menceritakan perjalanan Pandawa menuju surga setelah perang Batharayudha. Dalam perjalanan, Drupadi meninggal pertama kali diikuti oleh Arjuna, Sadewa, Nakula, Bima dan hanya Yudhistira yang tertinggal. Kemudia, Yudhistira didatangi Dewa Indra untuk diajak ke Surga menggunakan keretanya, namun dirinya menolak jika anjingnya tidak ikut serta. Setelah sampai di Surga, dirinya melihat kurawa dalam kesenangan namun Pandhawa dalam keadaan sebaliknya. Kemudian dirinya bergabung dan seketika menjadi surga.
Samuderamanthana dibagi menjadi dunia atas (lingga), tengah (gunung) dan bawah (kura-kura). 
Pengadukan lautan susu yang dilakukan oleh para dewa dan raksasa untuk mendapatkan air kehidupan atau amarta. Pengadukan menggunakan Gunung Mandara dengan Naga Basuki sebagai pemusarnya. Kura-kura Akupa yang merupakan penjelmaan Wisnu menyelam ke dasar laut menjadi pondasi agar Gunung Mandara tidak tenggelam. 
gambar diambil dari atas Candi Induk, diperbolehkan naik dengan maksimal 10 orang 
Saya bersama kawan datang pada siang hari sampai sore. Sempat saya menanyakan pada petugas loket bahwa jika hari biasa atau bukan hari libur pengunjung hanya mencapai 50 an sedangkan untuk hari liburnya bisa mencapai ratusan. Perjalanan menuju Candi Sukuh memang menanjak dan sedikit agak curam, untuk itu tetap tetap hato-hati. 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Guru Gatra, Guru Wilangan lan Guru lagu tembang-tembang macapat

Keping Kayu bisa Tukar Aneka Makanan Khas Kebumen di Pasar Jaten

contoh proposal kewirausahaan