Sebab Cantik itu Luka

Judul Buku : Cantik itu Luka
Pengarang : Eka Kurniawan 
Tebal hlm         : 539
Penerbit         : PT Gramedia Pustaka Utama

Sebab cantik itu luka, begitulah pengakuan Krisan ketika dia terus dikejar pertanyaan yang sama oleh si Cantik, “kenapa kau menginginkanku?” yang awalnya hanya dijawab begitu sederhana. “Sebab aku mencintaimu,” karena baginya pertanyaan mengapa lebih sulit dijawab, untuk itu dia hanya menjawab pertanyaan bagaimana. 

Akhir dari cerita novel yang ditulis Eka Kurniawan cukup membuktikan bahwa pada akhirnya rasa perempuan itu sama : baik yang buruk rupa maupun yang cantik. Berbicara soal cinta lagi, bahwa cinta memang sudah membutakan segalanya, apalagi soal kata ‘sejati’ mungkin tak akan terkalahkan apapun. Sering bergidik ketika bertemu, berjanji untuk terus membahagiakan sang kekasih. Begitulah yang terus dilakukan oleh Kamerad Kliwon, Maman Gendeng, ataupun Shodancho. Memang luarbiasa soal cinta. 

Namun, aku sebagai pembaca pemula untuk karya Eka Kurniawan walaupun sebelumnya telah merampungkan karyanya yang lain berjudul Lelaki Harimau tidak serta merta hanya mengambil kesimpulan terkait nafsu birahi, sama sekali tidak tertarik dengan hal tersebut. Walaupun, ini memang tantangan berat bagi aku membaca karyanyaa, sering kali bergdik, menghentikan bacaan ketika sudah diluar batas dan mendiamkannya hingga waktu yang lama memulai bila keadaan benar-benar sudah senggang. Hanya dengan jumlah 535 halaman aku harus merampungkan selama satu bulan lebih memang sudah keterlaluan, ya memang alasan yang logis saat ini aku sedang melaksanakan kegiatan PPL di SMA N 3 Magelang tetapi yang membuatku berhenti lama salah satunya soal kuat tidaknya otak ku dalam menerima cerita yang demikian, jika memang merasa penasaran silakan baca saja. 

Dari sekian banyak karakter yang disuguhkan oleh penulis, hanya beberapa yang aku pikir sesuai dengan harapan aku sebagai pembaca yaitu Ayu Dewi dan Kamerad Kliwon. Mereka adalah tokoh pahlawan. Ayu Dewi, gadis turunan Belanda yang cantik jelita dan penuh dengan keberanian dalam melaksanakan apapun begitu luarbiasa. Mengambil tindakan atas kemauan diri sendiri namun berdasar pada rasionalitas dan kecerdasan yang luarbiasa sehingga sulit dipahami oleh orang lain. Namun, kegagalan peernah dia terima ketika menyerahkan dirinya dengan tentara Jepang hanya dengan tujuan menyelamatkan ibu Ola sebelum imbalan diterima ternyata ibu Ola telah meninggal terlebih dahulu. Dengan begitu tenang dia hanya mengatakan, “anggap saja aku buang tai lewat lubang depan” begitulang katanya dengan enteng. Terkait ketenangannya dalam menghadapi masalah perlu diikuti. Tenang, dan terus berpikir mengambil tindakan yang menguntungkan baginya maupun masa depan anaknya. Contoh saja, ketika dia akan melepaskan Maya Dewi anak gadisnya yang paling kecil setelah Alamanda dan Adinda yang masih berumur belasan tahun untuk dinikahkan dengan Maman Gendeng, preman terkuat se Halimunda. Hal ini dia lakukan untuk menjaga Maya Dewi dari bentuk keonaran yang dia timbulkan karena kecantikannya yang luarbiasa. 

Kedua karakter yang luarbiasa adalah Kamerad Kliwon. Begitu menyukainya atas kecerdasan dalam mengambil peluang untuk berbisnis menghidupi dirinya. Banyak hal yang dia lakukan untuk tetap bertahan hidup. Jiwa kewirausahaannya diperoleh dari ibunya, Mina. Kecerdasannya memang sudah terlihat sejak masih dibangku sekolah bahkan di Universitas. Banyak hal yang dia lakukan dari pada nganggur ataupun jadi preman seperti yang dilakukan Maman Gendeng. 

Cerita yang dibuat alur mundur dan maju sangat sudah untuk diduga-duga ataupun ditebak. Tiba-tiba demikian, dan demikian yang terkadang membuat frustasi. Untuk itu, pada saat membacanya pun tidak bisa distreamming. Harus dari awal hingga akhir. Buku ini harus dibaca oleh orang diatas 17tahun, dan yang bisa mengambil kesimpulan baik dalam membacanya. Ketakutan saya sebagai pembaca tentunya bagi mereka yang akan melakukan hal demikian yang terus dilakukaan karakter laki-laki: Sang Shodanco, Kamerad Kliwon, Maman Gendeng bahkan Krisan yang masih berumur belasan dalam hal melampiaskan nafsu birahinya pada wanita yang mereka cintai. Saya sendiri dalam membacanya pun perlu keberanian yang maksimal, walaupun diumur 21tahun ini. Begitu polos memang. Hehe atau memang benar kata Ayu Dewi, “kecemasan timbul karena ketidak tahuan.” Memang. Karena aku tak tahu apa-apa terkait masalah demikian. 

Jika memang merasa penasaran belilah bukunya, atau seperti saya saja hanya dengan meminjam buku. selamat membaca! 

Comments

Popular posts from this blog

Guru Gatra, Guru Wilangan lan Guru lagu tembang-tembang macapat

Keping Kayu bisa Tukar Aneka Makanan Khas Kebumen di Pasar Jaten

contoh proposal kewirausahaan