(Menunggu) Kepastian Takdir


Di Semarang, Universitas Negeri Semarang (Unnes) setiap tahunnya mengadakan perhelatan besar yang diikuti seluruh sivitas akademika, Dies Natalis. Baru-baru ini Unnes mengadakan dies natalis yang ke 51, acara meriah pun disajikan untuk dinikmati warga Unnes dan sekitarnya. Tidak terlewatkan pembagian door prize diakhir acara pun menjadi tujuan mahasiswa, karyawan, sampai dosen mengikuti kegiatan undian keberuntungan. Banyak hadiah yang siap diberikan dan pastinya hadiah utama yang biasa ditunggu peserta karena, paling gede dan mahal. Sehingga peserta yang datang ke tempat pengundian tersebut sudah mambawa kepercayaan diri masing-masing; doa-doa yang sudah dipanjatkan sebelum hari pelaksanaan, bekal kepercayaan atas tafsir mimpi keberuntungan, atau sekadar datang menikmati acara.

Tidak tanggung-tanggung proses penantian mereka ikuti walaupun, kegiatan ini tidak hanya sekadar pembagian door prize saja. Banyak pentas seni dan lainnya yang pastinya membuat peserta gregettan dan tetap terhibur. Jika panitia berkata, saatnya membuka udian sontak memasang telinga dan mengamati secara seksama nomor pada kertas yang dipengang dengan ucapan panitia. Ketika nama yang disebutkan hampir mirip kata, yahh.. hampir. Atau ketika belum angkanya dia tetap diam dan sambil meyakinkan diri, nanti pasti dapat. Yang lebih menyenangkan lagi, ketika nomor yang disebutkan panitia tak kunjung memunculkan diri, serempak mengatakan hangus. Intinya ingin mempercepat atau menentukan keberuntungan milikinya.

Diatas hanyalah sebuah analogi mengenai pencarian kesempatan yang sering terdapat di sekitar kita. Hanya bermodal kepercayaan saja, dan menurut mereka adalah cukup. Jika paham mata pelajaran dulu tentang peluang mungkin kita akan sadar berapa peluang yang bisa didapatkan. Sampel dibagi dengan ruang sampel yang ada, jika pada analogi tersebut maka jumlah hadiah yang dibagikan dengan orang yang yang mengharapkan. Ingat, jika hasilnya 0 maka kemungkinan kemustahilan sangat kuat.

Sebenarnya, permasalahan bukan terletak pada acara pengundian tetapi sikap masyarakat kita yang kebanyakan hanya bermodal aji mumpung ( menunggu kepastian takdir-red). Menunggu dalam konteks disini begitu luas, yang jelas menunggu akan perubahan  dengan mengandalkan proses perubahan alam yang akan menggerakannya. Lebih tepatnya menunggu akan perubahan terjadi sendirinya. Banyak kasus yang terjadi dikalangan muda saat ini, contohnya saya yang masih mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Kebanyakan dari teman saya tidak cukup berani untuk melangkah, melakukan perubahan tetapi mereka hanya sekadar menunggu saja. Tidak ada tindakan yang pasti dari dirinya. Lantas pertanyaan adalah, bagaimana akan mendapatkan perubahan?

Hanya menunggu saja akan mendatangkan kebosanan yang tidak terkira. Dan pastinya tidak mendapatkan apapun selain rasa kesal yang datang bertubi-tubi dan penyesalan yang tidak kunjung habis. Sudahlah, memang sudah waktunya menghilangkan kebiasaan menunggu kepastian takdir J.

 

Comments

Popular posts from this blog

Guru Gatra, Guru Wilangan lan Guru lagu tembang-tembang macapat

Keping Kayu bisa Tukar Aneka Makanan Khas Kebumen di Pasar Jaten

contoh proposal kewirausahaan