Cerita Kebahagiaan

Cerita Kabahagiaan
Kebahagiaan setiap orang pastinya akan berbeda, contoh paling real adalah ketika mereka bertemu kekasihnya, bertemu orang tuanya  untuk yang birulwalidain, guru, sahabat atau teman lama yang sedang merasakan kesendirian (no baper). Sekali lagi bukan masalah curhat, tetapi cerita ini aku anggap perlu diabadikan dalam sebuah tulisan, juga agar mereka tahu betapa aku bahagianya bertemu mereka.

Takdir
Sejak dahulu aku selalu diajarkan untuk percaya pada takdir, dan semuanya sudah ada yang mengatur. Untuk orang-orang Yunani akan menyebut sebagai Fatalisme, bahwa sesuatu hal telah ditentukan. Begitu dengan kemarin Sabtu (26/09) adalah takdir yang mempertemukan aku dengan teman-teman lamaku bertemu. Berawal dari janjianku dengan seseorang yang aku kenal lewat facebook, bahwa aku menentukan pertemuan di Perpustakaan Daerah dan dia pun mensetujui. Bukan aku sekali jika menyia-nyiakan waktuku dengan menunggu satu orang yang aku pikir bakalan kikuk karena baru bertemu. Akhirnya aku mengajak Fitri: teman paling aneh, untuk bertemu. Sebelum teman kenalan dan menunggu Fitri yang katanya sedang kondangan: kegiatan rutin, katanya haha. Aku sibukan dengan mencoba menulis hasil laporan wawancara untuk Kompas Mahasiswa namun, apa daya tak mampu menulis pikiran begitu kacau, antara deg-degan dan menunggu kebahagiaan bertemu teman lama ku yang membalas sms “ tunggu ya nid, sabar aku sedang pengajian dulu” aku iyakan dong J. Atau mungkin mau bertemu kenalan baru ku ini, haha (maklum pertama kali, ketemuan dengan janjian lewat media sosial,heheh) entahlah aku acuhkan. Melihat sekeliling perpustakaan daerahku saat ini, begitu senang karena banyak kemajuan. Mulai dari presensi online, penataan tempat baca yang nyaman, di depan terdapat air mancur begitu tenang hati ini, bahkan jika aku manjakan beberapa jam mempu tak beranjak. Duduk sendiri, dan menunggu memang membosankan kuperhatikan sekelilingku entah kenapa mata ini langsung tertuju pada mata sebelahku: kenal.
“ heyy” dengan begitu hati-hati aku menyapanya, takut jika salah. Ku tatap wajahnya dan dia merespon dengan senyum, “ nida kan?” oh my God its really, dia mengenalku.  Dwi namanya, teman MTs walau tidak pernah satu kelas tapi saling mengenal. Begitu bahagianya bukan? Sudah terhitung lima tahun tidak bertemu yang hanya bisa melihat aktivitasnya di facebook kini, sudah di depan mata. Akhirnya kita saling berbagi cerita, mulai dari perkuliahannya, teman lama yang belum berjumpa dan saling berbagi pengalaman. Sampai akhirnya, orang yang aku tunggu datang dia :cowok. Hahah.
“ hey, ini mba Nida” berjabat tangan dan, haha aku bingung mesti gimana dengan cowok ini, akhirnya karena aku berpikir dia hanya sekadar ingin bertemu dan melihat aku sebenarnya jelas aku diamkan, kecuali ketika dia ingin ngobrol tentunya akan aku carikan tempat. Hehe. Memang benar, ketika orang pemalu dan tak punya konsep apa yang ingin dibicarakan akan mati kata : membisu.
Hanya beberapa kata, dan jawaban singkat yang aku lontarkan cukup dan dia berpamit pulang, apakah aku salah? Aku diamkan dia dalam beberapa waktu karena asyik berbicara dengan Dwi? Entahlah, orang yang cuek seperti aku mana mungkin akan mendeteksi hal-hal tersebut.











Rasa Kangen
Masih teringat, ketika masih unyu dan pertama kali masuk MTs saling tidak mengenal dengan teman sekelas, begitu cuek. Aku menempatkan tasku dimanapun, dan aku tidak akan berpilih-pilih teman siapa yang akan duduk dengan ku nanti, hanya diam waktu itu. Memandang sekeliling, beberapa teman dengan membentuk lingkaran kecil saling ngobrol, aku perhatikan mereka memang dari pakaian yang dipakai sama dan aku berpikir mereka satu sekolah. Toh yang lainnya pun sama dengan aku, duduk sendiri entah apa yang dipikirkan. Lamunanku buyar, ketika seseorang datang : perempuan manis, tak berkerudung dan menyapa “ hay, boleh aku duduk sini?” aku hanya mengangguk dan akhirnya kita memulai dengan perkenalan. Lama, dan lama tak ada hentinya kita berbagi, disela perkenalan di kelas pun kita menghiraukan. Haha. yah, Fitri yang sudah lima tahun lamanya tak berjumpa sudah di depanku sekarang. Lihatlah gayanya sekarang, sampai aku beberapa kali menjiwit lengannya, entah saking gemes atau kangen yang aku adukan jadi satu ini. Selalu saja, yang aku ingat pertama, nada bicaranya yang begitu menyebalkan, kedua pengucapan katanya yang terus berulang-ulang dan yang diulang adalah yang menyebalkan pula. Sepertinya, sampai sekarang pun aku punya teman ya tidak jauh berbeda dengan nya : aneh.

Cerita Lama 
Bukan yang namanya cewek ketika bertemu hanya diam, dan bahkan rencana tugas yang semestinya aku selesaikan: gagal. Padahal, dari rumah aku ke Perpustakaan cari wifi gratis untuk mengerjakan tugas, dan sembari bertemu teman, akhirnya bukan menjadi prioritas lagi. Tidak apa-apa, kata ‘kangen’ yang kemarin-kemarin hanya terlontar di sms dan komen facebook akhirnya terlaksana, sangat bahagia gue fit, beneran. 
Bukan tanpa alasan hanya ingin bertemu aku saja, dia membawa berita bahwa teman kita ada yang menikah pula, Ningsih. Oh my God nama itu, bahkan ini lebih lama tak pernah bertemu walau waktu masih satu sekolah hanya dengan alasan beda kelas. 
“bentar nid, kok sekarang jadi putih?” ucap Fitri, bukan aku pula hanya berucap begitu standar, “ jelas lah, sekarang ruang kuliah pake AC.”  Langsung saja, senyuman sinis dia arahkan pada ku, dan dengan gelak tawa ku untuknya. 
Memutuskan untuk datang ke pernikahan Ningsih, perlu berpikir beratus-ratus kemungkinan yang mestinya aku perhatikan : pertama soal kredibilitas (karena alasan pribadi, haha), kedua bingung. Pertama kali kondangan atas nama pribadi, aku menyesal mengatakan demikian, sudaha aku katakan diawal sifat dari fitri adalah mengulang kata yang menyebalkan. “ iki loh nid kondangan,” huh L 
Bahagianya bertemu Ningsih yang sekarang sudah begitu langsing dan cantik ditambah lagi di hari sakralnya dia, semakin pangling diriku, dan tersadar memang umurku sudah tua dan kebanyakan orang desa akan bilang “ cukup umur untuk nikah “ hehe. 
Tak ketinggalan Ratna pula, yang sama terhitung lima tahun tidak bertemu, kangen kangen dan menyebalkan sama saja aku rasakan seperti dulu. Ah, begitu banyak jika aku perkenalkan karakter orang ini. Aneh juga, hhaha... 
“ pipimu jadi tambah tembem, dan masih pelit gak nid,” tanya Ningsih. Aku sempat berpikir keras, kata pelit yang terlontar darinya tentang apa yah? Ternyata masalah conto-menyonto, haha memang dari dulu aku selalu menolak menyonto atau memberi jawaban pada teman saat ujian. Haha.. sorry ning, namanya juga prinsip, sampai sekarang pun aku kukuhkan di dalam hati. Ciat ciatttt 

Tidak ada kata lain selain mengucapkan, semoga sakinah mawadah dan warohmah ningsih... 
Dan juga tak tertinggalan untuk Ruroh, teman MTs semoga keluarga sakinah mawadah dan warohmah pula 
Cerita, singkat dan asal curhat ini semoga menjadi kenangan dan kebahagiaan secara sederhana yang mampu aku dapatkan. Gampang kan, membahagiakan Nida 

Comments

Popular posts from this blog

Guru Gatra, Guru Wilangan lan Guru lagu tembang-tembang macapat

Keping Kayu bisa Tukar Aneka Makanan Khas Kebumen di Pasar Jaten

contoh proposal kewirausahaan