" Kamuflase.... Part 1
“Aku benci kesendirian dan diacuhkan, tak ada yang perhatiam hanya aku sendiri , alone. “
Tulisan kesedihan merangkai dalam baris pertama diary Nana. Pikiran-pikiran kecemburuan yang ada padanya tak pernah hilang, merasa paling hina dan jelek sehingga jauh sangat jauh mereka dengannya. “ Lah, apakah mereka pernah mengerti persaanku?” sering dia tanyakan pada dinding kamar yang tiap kali bersamanya, melihat kesedihan yang terpampang jelas pada wajahnya.
“Kita mau adakan jalan-jalan kan?” tanya Kamila pada Agung dan lainnya, sebenarnya hanya samar-samar yang dia dengar cukup menyimpulkan bahwa mereka akan merencanakan ke suatu tempat yang menyenangkan. Lirikan matanya pada mereka tak berarti, perasaannya akan dirinya yang tidak dibutuhkan muncul begitu saja. Keyakinan bahwa dia tak memiliki suatu hal yang pantas bergaul dengan mereka muncul, dan meyakini kalau kejelakannya pasti masalah yang mendasar.
Sudahlah,, kebencian pada diri sendiri dan mereka tercipta begitu cepat.
Suatu ketika dia memberanikan diri bertanya pada seniornya, yang dia anggap sudah dekat dengannya. Padahal hanya sesaat ketika dibutuhkan saja. “ aku merasa disini tak berarti apa-apa, untuk apa aku disini?” pertayaan dari dalam hati. Hanya mencuat kaget dan merespon dengan enteng, lah cukup dengan satu kata “ seharusnya kamu yang bisa membaur lah,” jawabnya singkat. Hah,, untuk apa jawaban yang singkat tak menimbulkan greget. Kadang memang diperlukan, hanya sekadar menjalin komunikasi saja.
Comments
Post a Comment