Menikmati Sembari Memahami,
Rumah yang tidak berjarak dengan laut seperti ini, setiap tahun atau sesuai dengan kemampuan mereka harus meninggikan rumah akibat dari abrasi. Bahkan rata-rata tiap 5 tahun sekali peninggian rumah adalah 1 meter. Bisa dilihat kaca yang semestinya berjarak 30 cm atau 20 cm dari lantai sebaliknya sudah menurun atau tidak ada jarak sehingga atap-atap rumah bisa kalian gapai dengan gammpangnya. Menunduk ketika masuk, itulah mereka sebut sebagai rumah sopan. “ Kesopanannya, melebihi orang Jogja ya pak,” celetukku sambil bercanda, Minggu (04/10).
Berbagi cerita mengenai keresahan yang diimbangi dengan gelak tawa, tidak terasa lamanya. Mereka sudah terlatih berbicara, jangan membayangkan bahasa mereka jawa atau bahasa semarangan. Tetapi, bahasa indonesia yang terstruktur dengan baik cukup tercengang ketika awal pertama mendengar. Ternyata, biasa mereka biasa bergaul dengan mahasiswa, wartawan atau bahkan pejabat. Setiap kali, mereka selalu mendapat majalah sebagai penambahan pengetahuan. “ Kalau aku sedang bahagia atau senang, aku sempatkan untuk membaca mba. Tapi, kalau lagi galau ya kumpul-kumpul kayak gini.” Ucap Pak Juraimi, kumpul disini bukan sekadar berbicara ngalor-ngidul tidak jelas. Namun, membahas progam apa yang akan dilaksanakan untuk Kelompok Peduli Lingkungan Camar.
Tidak hanya dijamu saja, namun kita disuguhkan pemandangan laut yang begitu luas dengan menggunakan perahu kecil. Lagu yang sering aku nyanyikan “ nenek moyang ku seorang pelaut” kini tidak lagi imajinasi. Aku menikmati seolah-olah aku nelayan, yang ‘miyang’ untuk berburu ikan. Hehe, ternyata tidak mencari ikan tetapi mereka memperlihatkan progam kerja dari Dinas Kelautan. TPI mangkrak.
Kalau ingin tahu lebih lanjut, nantinya akan dibahas di majalah. Hanya ungkapan bahagia dan terimakasih pak nelayan.
Comments
Post a Comment